Welcome To The World My Baby!

Hai!
Melahirkan.. Apa sih yang ada di dalam pikiran kamu setelah membaca atau mendengar kata itu?, buat sebagian perempuan yang belum pernah merasakannya mungkin akan berpikir itu sakit dan mengerikan, dan buat wanita yang sudah merasakannya akan berpikir itu kebahagiaan dan menakjubkan. Buat saya itu semuanya, karena saya merasakan sakit, mengerikan (awalnya), bahagia, dan takjub. Setelah saya sharing tentang pengalaman awal kehamilan (klik disini) dan kehamilan dari tiap trimesternya (klik disini), sekarang saya mau cerita pengalaman selanjutnya, yaitu melahirkan. Kayak apa sih penanganannya disini, just relax and take a seat, hahaha..
Memasuki bulan februari dimana pada minggu pertama ini adalah hari perkiraan lahirnya si bayi. Saya sudah berharap saja, lahirnya di tanggal 1 februari biar anak sama ibu bareng ulang tahunnya, hehehe.. . Pelengkapan yang akan dibawa kerumah sakit buat melahirkan sudah saya siapkan, karena apabila saya tiba-tiba mau melahirkan.
Suami saya akhirnya memutuskan untuk pergi dinas ke India pada tanggal 14 februari. Saya tenang-tenang saja karena kata bidan HPL-nya minggu awal. Ditunggu-tunggu selama seminggu kok tidak ada kontraksi saja. kita telepon ke rumah sakit bagian melahirkan dan menanyakan apa yang terjadi dan apa yang harus kita lakukan. Lalu kami disuruh datang ke rumah sakit untuk USG, karena perawat akan melihat kandungannya dan di cek detak jantung si bayi. Setelah di periksa perawat tersebut bilang, kalau semuanya normal dan tidak ada yang menghawatirkan, hanya saja mungkin bayinya belum mau keluar, jadi kita disuruh tunggu sampai minggu depan, kalau masih belum mau keluar akan di induksi untuk memancing munculnya kontraksi. Suami saya disuruh untuk langsung menelepon bagian melahirkan apabila saya mengalami tanda-tanda mau melahirkan.
Jum’at, 13 Februari 2015 (sehari sebelum keberangkatan suami).
Pada malam hari saya merasakan sakit perut yang tidak seperti biasanya karena ini lebih sakit . Saya bingung ini sakit karena apa, “apa mungkin saya mau melahirkan?” dalam hati saat itu. Suami saya pun bingung, dan dia telepon rumah sakit. Suami saya ditanya oleh perawat yang menjawab telepon, apakah saya sudah pendarahan atau pecah ketuban, dan saya hanya mengalami sedikit sekali pendarahan. Lalu perawat tersebut mengatakan bahwa kita disuruh tunggu sampai sakitnya setiap 10 menit sekali baru kita bisa datang ke rumah sakit, dan ternyata saya tidak mengalami sakit lagi. Hari Senin adalah hari penginduksian apabila saya masih tidak mengalami kontraksi.
Sabtu, 14 Februari 2015 (Hari keberangkatan)
Pagi-pagi suami menanyakan apakah saya merasakan sakit atau menunjukan tanda-tanda mau melahirkan. Saya bingung, karena saya merasakan sakit hanya sekali waktu subuh dan celana tidur saya agak basah. Dalam hati saya bicara, “apa air ketuban saya sudah pecah? tapi kok sedikit ya?”. Sekitar jam 7 pagi, akhirnya suami saya telepon rumah sakit lagi. Lalu perawat yang mengangkat telepon menanyakan seberapa banyak cairan yang keluar dan seberapa sering mulesnya. Akhirnya perawat menyuruh kami untuk datang kerumah sakit. Karena suami saya khawatir dia menelepon teman kami yang siap membantu untuk mengantar ke rumah sakit.
Kami sampai rumah sakit sekitar pukul 8-9 pagi, lalu perawat mengecek cairan yang keluar apakah air ketuban atau bukan, ternyata memang air ketuban hanya saja tidak banyak. Saya sudah banyak membaca tentang air ketuban ini dan sepertinya yang saya alami adalah air ketubannya merembes jadi tidak pecah dan langsung keluar banyak. Perawat mengontrol kontraksi dan denyut janjung bayi lagi, sama seperti kemarin. Sekitar 1 jam di pantau, akhirnya saya disuruh pulang lagi karena jeda kontraksi masih jarang. Yaa ternyata bayinya masih betah..
Akhirnya saya pulang ke rumah teman. Karena kalau pulang ke apartemen dan sendirian nanti tiba-tiba melahirkan bagaimana… .Teman saya ini sepasang suami istri, istrinya orang Indonesia dan pas dia datang ke Swedia pun tidak jauh beda tanggalnya dengan kedatangan saya, jadi kami cukup akrab. Mereka bersedia membantu saya selagi suami saya pergi.
Suami saya sudah harus berangkat ke bandara jam 11 pagi. Sedih dan pasrah, saya kira bisa melahirkan saat itu jadi bisa ditemani suami, tapi ya sudah mau gimana lagi. Suami pun terlihat sangat berat dan stress karena kepergiannya. Hampir dia tidak jadi berangkat. Dia bilang kalau saya meminta dia untuk tinggal dia tidak akan jadi berangkat. Sebisa mungkin saya terlihat tegar dan tenang, saya berusaha tersenyum dan menenangkan dia. Saya tidak mau menyalahkan karena kepergiannya, karena dia pergi dinas juga untuk kepentingan masa depan juga. Selain itu saya juga ada temannya disini, ada yang menjaga saya. Akhirnya suami berangkat.
Menjelang tengah malam saya merasakan kontraksi yang menurut saya cukup sering. Saya tidur ditemani temani teman saya yang perempuan, dia sampai khawatir. Saya pegang terus tangannya dia karena menahan rasa sakit. Setiap saya kontraksi dia catat berapa lama saya kontraksi dan berapa jeda waktu dari setiap kontraksinya. Semalaman dia menjaga saya sampai sulit tidur. Jujur saya merasa sangat tidak enak dan malu, tapi rasa sakit yang saya rasakan memang sangat sakit. Dalam satu malam suami teman saya itu menelepon rumah sakit sampai 3x, perawat yang mengangkat telepon juga mungkin sampai kesal dan bosan. Jawaban dari perawat tetap sama, masih harus menunggu, dan katanya ditunggu sampai kontraksinya 5 menit sekali. Teman saya sampai kesel kenapa rumah sakit masih tidak mau menerima saya. Ya itulah prosedurnya, karena tidak ada tempat dan perawat yang bertugas untuk menunggu/menjaga ibu hamil yang belum melahirkan.
Minggu, 15 Februari 2015
Jam 6 saya bangun (walaupun semalaman tidak tidur nyenyak juga karena menahan sakit setiap kontraksi), saya ngerasa kok seperti ada yang basah dan agak banyak. Saya bilang sama teman saya dan kita mengira itu pasti air ketuban saya pecah. Suami teman saya itu menelpon lagi ke rumah sakit dan akhirnya saya diperbolehkan datang jam 8 (2 jam lagi), karena melihat kondisi saya yang jeda kontraksinya belum 5 menit sekali.
Setelah sarapan kita langsung pergi ke rumah sakit, saat itu salju lagi tebal dan licin. Dengan hati-hati saya jalan sambil dituntun teman saya. Saat itu celana saya sudah basah seperti mengompol, hahaha.. sampailah di rumah sakit, saya di cek lagi jeda kontraksinya dan dicek juga pembukaannya. Perawat bilang pembukaan tiga dan saya diperbolehkan berbaring di ruangan pemeriksaan, karena katanya tidak membutuhkan waktu lama untuk sampai melahirkan.
Siang hari (lupa jamnya) saya dipindahkan ke ruangan melahirkan. Disana saya disuruh ganti baju, pakai baju rumah sakit (seperti daster) warna putih. Saya di bantu dan ditemani terus oleh teman saya ini. Perawat menawarkan saya gas Entonox campuran gas oksigen dan nitrous oxide (seperti gas pembius) dan Epidural. Saya memilih gas karena sepertinya itu yang saya butuhkan. Jadi setiap saya kesakitan saya hirup gasnya menggunakan masker. Lalu perawat mengajarkan saya bagaimana cara kerja menghirup dan membuang gasnya. Setiap saya hirup saya merasa seperti melayang mau pingsan tapi hanya sesaat setelah itu sadar kembali. Sebenarnya tidak menghilangkan rasa sakitnya karena saya tetap merasakan, tapi saya jadi sedikit lebih rileks. Bidan menyarankan saya untuk coba berjalan-jalan didalam atau sekitaran luar kamar. Saya mecoba berjalan-jalan keluar ditemani teman saya, ternyata banyak ibu hamil yang sedang berjalan-jalan juga ditemani suami atau keluarga, ada juga yang berbincang-bincang dengan bidan sambil tertawa. Lain halnya dengan yang saya alami, saya sulit sekali untuk bisa berjalan karena sebentar-sebentar perut saya sakit yang amat sangat sampai berdiri pun saya sulit ketika sedang kesakitan. Jadi baru beberapa langkah keluar kamar saya putuskan untuk kembali berbaring di tempat tidur.
Setiap jam yang saya lewati begitu menyiksa, hahaha.. agak lebay tapi memang begitu kenyataannya. Saya selalu ingat pesan dari ibu saya, beliau yang selalu memberikan saya sukungan dan semangat. “Anak ibu harus kuat dan mandiri tidak boleh manja. Kamu pasti bisa, banyak berdoa dan dzikir.” , kata-kata itu yang saya selalu menjadi penyemangat saya.
Sekitar jam 8 malam, saya merasa sudah sangat lemas sekali. Seharian saya hanya bisa makan pisang, karena tidak ada nafsu dan tidak bisa duduk dengan tenang. Sudah berkali-kali teman saya panggil bidan sampai bidannya agak marah tapi ditahan, karena kontraksi dan denyut jantung saya dipantau dari ruang bidan jadi mereka tahu kalau terjadi sesuatu dengan saya. Akhirnya saya putuskan untuk Epidural, karena saya pikir itu bisa membantu mengurai rasa sakit. Saya sudah tidak bisa membedakan dimana sakit yang saya rasakan, apakah itu diperut atau d pungung, pokoknya saya kesakitan dan lemas. Lalu bidan memanggil dokter, karena hanya dokter yang berwenang untuk melakukan Epidural. Saya diinfus dan dokter pun melakukan tugasnya. Ternyata tidak ada perubahan apa-apa karena saya masih merasakan kesakitan yang sama.
Sesekali suami saya video call, dia terlihat begitu cemas, karena saya masih belum juga melahirkan. Tidak lama bidan datang untuk mengecek pembukaan, dia bilang sudah pembukaan delapan. Senang sekali rasanya, artinya tidak lama lagi saya akan mengakhiri kesakitan ini. Ditungu-tunggu ternyata lama.. 😦 . Tersirat ingin sekali rasanya melakukan tindakan operasi c-section, tetapi peraturan rumah sakit tidak membolehkan karena sebisa mungkin harus bisa melahirkan normal. Sekitar jam 10 malam (lupa tepatnya) bidan cek lagi dan katanya sudah pembukaan sepuluh. “Ya Tuhan kenapa lama sekali” dalam hati. Teman saya sudah membimbing saya untuk berdo’a terus. Saya jadi tidak enak rasanya, dia terlihat sangat lelah dan stress. Beberapa saat kemudian saya sudah tidak kuat ingin sekali mengeluarkan bayi yang ada di perut, teman saya memanggil bidan. Dan bidan datang sudah dengan perlengkapannya. Mungkin ini memang sudah waktunya..
Jam 11.29 malam, anak laki-laki pertama saya yang bernama Wayan Arlanda Wibawa lahir dengan berat 3.13 kg dan panjang 52 cm. Kami semua sangat bersyukur dan menangis bahagia walaupun wajah suami saya terlihat lelah dan stress di video call. Setelah bayi dibersihkan lalu di dekapkannya ke dada saya. Saya menggendongnya selama proses menjahit. Canggung sekali rasanya menggendong bayi mungil. Setelah selesai saya di persilahkan untuk makan dan membersihkan diri (mandi), bayi dibawa oleh bidan untuk diperiksa. Lalu perawat memberitahukan bahwa saya akan dipindahkan ke ruang inap jadi saya harus membereskan barang-barang yang saya bawa. Saya pindah ruangan di temani oleh perawat pakai kursi roda, bayi saya gendong sampai kamar inap. Di dalam kamar tersebut terdapat hanya 1 tempat tidur pasien, 1 tempat tidur untuk yang menunggu, dan 1 box bayi. Sayangnya teman saya tidak di perbolehkan untuk menemani saya di rumah sakit, karena hanya suami dan keluarga saja yang boleh menginap disitu. Lagi-lagi saya harus menguatkan hati untuk bisa sendirian mengurus semuanya. 3 Hari saya di rumah sakit dan teman saya hanya bisa menjenguk di siang hari. Jangan tanya repotnya seperti apa, karena udah pasti repot, hahaha.. . Untuk masalah biaya saya hanya dikenakan 300 kronor (490 ribu rupiah) untuk 3 hari 3 malam dan biaya persalinan bisa dianggap gratis (tapi kita bayar pajaknya besar :D).
Ini merupakan pengalam saya yang sangat berarti. Menurut saya dimana pun dan bagaimana pun cara kita melahirkan, itu adalah perjuangan seorang ibu yang tidak bisa kita banding-bandingkan. Semua sama, kita mempertaruhkan nyawa untuk anak kita. Buat teman-teman yang mau sharing pengalaman boleh banget, kalian bisa tulis di comment 😉
Saya ucapkan terima kasih kepada Tuhan Yang Maha Esa, keluarga (baik orang tua dan mertua) yang sudah memberi do’a dan support, teman-teman, suami saya Indra yang sudah menjaga dan berusaha, dan tentunya teman saya mba Ika dan Linus yang sudah membantu dan menemani saya di rumah sakit.
Have a good day!
Anaku memang hebat, jadilah wanita yang tegar dalam kondisi apapun. banyak2 berdoa, tugas selanjutnya masih panjang, merawat dan mendidik anak. 🙂
LikeLike
Waaaakh bener banget, perjuangan seorang ibu memang luar biasa mbak :’)
Mas Wayan harus patuh sama orang tuamu yaaa kalau udah besar nanti :))
LikeLike
Panggilannya Arlanda, siap om.. hehehe..
LikeLiked by 1 person
Aku bacanya ngeri2 sedap, tapi mengarukan, tapi sedih.
Ga ke bayang melahirkan tapi suami ga ada. 😦
Mbak kamu kuat banget ya…
Btw Gratiss itu artinya trima cuma2 khan? Hahahaha
LikeLike
hahaha.. Grattis! (huruf T nya 2) artinya Selamat! kalau gratis ( huruf T nya 1) arinya gratis (cuma2).
Iya ga ada keluarga ada suami 😦 untung ada temen yg baiknya pake bgt2! 🙂
LikeLike
btw sekarang udh pintar apa aja buah hati nya ? 🙂
LikeLike
hehe.. iya bulan depan udh setahun.. 😉
LikeLike
semoga udah gede jadi anak pinter
Download The Last Witch Hunter (2015) Bluray
LikeLike
Amiin.. 🙂
LikeLike
Yeeeeee februari besok aku lahiran anak kedua. Semoga bisa lancar dan sehat semua deh, soalnya balik deg2an lagi nih meskipun udah anak yang kedua muahahahaahahahaahahahaaaaaa
LikeLike
Hahhaa.. mau lahiran anak keberapaun pasti deg2an juga..
Semoga lancar ya lahirannya dan sehat selalu buat ibu dan babynya nanti.. 🙂
LikeLike